KAMI TIDAK LUPA TRAGEDI PEMERKOSAAN 1998

 Kerusuhan Mei 1998- Pemerkosaan


13 Mei, 20 tahun kemudian. Jakarta membara. Satu hari sehabis kejadian Trisakti yang membunuh 4 mahasiswa, Bunda Kota dilanda kerusuhan massal. Warga menjarah serta membakar pusat- pusat pertokoan. Suatu berita lain menyeruak: permasalahan pemerkosaan Mei.


Pada sore hari, Ita Fatia Nadia mendengar berita terdapatnya pemerkosaan yang terjalin dikala peristiwa tadi berlangsung. Dia mendengar pemerkosaan terjalin di wilayah Pluit, Jakarta Utara.


Dikala itu, dia masih merasa yakin tidak yakin hendak data tersebut. Karena, suasana masih sangat kacau." Demo masih terus berlangsung setelah itu pembakaran mal pula," ucap Ita Nadia yang ditemui Individu Wicaksono dari Tempo, di Yogyakarta sebagian waktu kemudian. Sehingga waktu itu ia belum dapat membenarkan kebenaran data itu.


Menjelang magrib Ita kembali menemukan data kalau terdapat 2 permasalahan pemerkosaan lagi yang terjalin, ialah di Jembatan 3, Jakarta Utara; Cengkareng, Jakarta Barat serta Pondok Bambu, Jakarta Timur. Dia serta sebagian kawannya juga merasa kebimbangan hendak apa yang mesti dicoba sehabis menemukan 3 laporan itu. Ita setelah itu menelepon Sandyawan Sumardy, Koordinator Regu Sukarelawan Buat Kemanusiaan guna memberi tahu aduan itu." Hingga malam kami tidak melaksanakan apa- apa dalam sesuatu kebimbangan."


Pada malam hari itu, Sandyawan juga memohon para anggota sukarelawan berkumpul di markasnya di Jalur Arus buat mangulas laporan tersebut. Kesimpulannya, pada malam itu pula dibangun regu buat menghadiri posisi laporan dugaan pemerkosaan serta mengalami kalau laporan itu memanglah benar." Sudah terjalin perkosaan semacam yang dilaporkan," kata ia.


Esoknya, Ita berkata telepon di Kantor Kalyanamitra seolah tidak menyudahi berdering. Dalam satu hari, dia menemukan laporan terbentuknya pemerkosaan antara lain dari wilayah Glodok, Jembatan 3, Jembatan 4, Jembatan 5. Pelapor dari kawasan Jakarta Utara, di Jakarta Timur serta Jakarta Barat mendominasi laporan itu. Di hari yang sama, regu sukarelawan juga membuka layanan hotline untuk masyarakat yang ingin memberi tahu permasalahan pemerkosaan itu.


" Dari sebagian laporan yang kami tindak lanjuti seperti itu, kami memandang terdapat suatu pola yang hampir sama dalam permasalahan pemerkosaan itu," ucap Ita. Peristiwa diawali dengan aksi penjarahan dahulu dengan sangat kilat. Sehabis itu, beberapa orang masuk spesial memperkosa setelah itu dilanjutkan peluluhlantahkan rumah. Massa yang menjarah itu susah teridentifikasi.


Walaupun korban rata- rata tidak pernah mengenali pelakon pemerkosaan, Ita berkata terdapat sebagian korban serta saksi mata yang pernah mengenali pemerkosa. Kata Ita, pemerkosa cuma dekat 3- 4 orang dari massa yang melaksanakan penjarahan." Tubuhnya tegap, rambut cepak, serta dicoba sangat kilat," kata ia. Pemerkosaan pula dicoba tidak cuma dengan memasukkan perlengkapan kelamin, melainkan dengan memakai perlengkapan tertentu.


Kerusuhan Mei 1998- Pemerkosaan


Ita lalu teringat pada suatu peristiwa di bertepatan pada 17 Mei 1998. Kala itu dia mendampingi seseorang korban pemerkosaan sampai wafat dunia. Permasalahan itu mengenai keluarga generasi Tionghoa di Tangerang Selatan. Pemerkosaan awal kali dirasakan si bunda, kemudian anak awal yang berumur 18 tahun, serta terakhir anak kedua yang berumur 11 tahun, Fransisca. Ketiganya wafat sehabis sebagian hari perkosaan sebab pendarahan hebat.


Ita menuturkan Keluarga Fransisca diperkosa malam hari serta tidak langsung dibawa ke rumah sakit oleh kerabatnya, melainkan ke penyembuhan tradisional di dekat situ. Fransisca wafat akibat peradangan di perlengkapan kelaminnya sehabis diperkosa memakai botol yang ujungnya dipecahkan." Fransisca wafat di pangkuan aku, 21 Mei jam 11 siang," kata Ita.

Situs Judi Terbaik SLOT4D

Keadaan Fransisca sesungguhnya pernah membaik, tetapi setelah itu kondisinya drop serta wafat. Saat sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Fransisca pernah bertanya kepada Ita,“ Apa salah aku ya Bu?” Ita setelah itu berjanji menemani jenazah si bocah sampai dikremasi." Ayah mereka hingga saat ini masih dalam keadaan kurang waras di Tangerang serta adik pria Fransisca berangkat merantau ke Singkawang."


Cerita lain yang tidak sempat lenyap dari ingatan Ita Nadia merupakan peristiwa kematian Ita Martadinata. Ita Martadinata merupakan salah seseorang korban pemerkosaan yang hendak melapor ke Persatuan Bangsa- Bangsa. Sepekan saat sebelum laporan ke PBB, Ita Nadia menemukan berita kalau Ita Martadinata dibunuh di rumahnya. Sementara itu, persiapan keberangkatan Ita Martadinata telah mantap. Berita itu juga tersebar sampai ke kuping Sandyawan. Mereka juga berangkat ke rumah Ita Martadinata.


Ita Nadia yang hingga duluan di rumah Ita Martadinata langsung masuk serta mengarah kamar di lantai 2. Di situ dia memandang si korban sudah wafat dengan keadaan leher tergorok nyaris putus serta sebilah kayu menancap di duburnya. Darah menggenang serta pisau yang digunakan menewaskan Ita Martadinata juga terdapat di situ." Aku telah tidak dapat berpikir apa- apa kemudian turun serta Romo Sandyawan berdoa buat jenazah Ita."


Tetapi, Ita Nadia heran dikala itu polisi malah memohon jenazah Ita Martadinata langsung dikremasi, tanpa lebih dahulu otopsi ataupun penyelidikan. Sehabis itu, polisi melaporkan kalau Ita Martadinata dibunuh oleh tetangganya." Tetapi motifnya apa hingga saat ini tidak jelas serta tertangkap," ucap ia.


Dalam peristiwa itu, Sandyawan memiliki cerita berbeda. Sambil menampilkan gambar jenazah Ita Martadinata di ponselnya, dia berkata pernah berpapasan dengan intelijen aparat di posisi. Dikala itu, dia bersama dengan pewarta Iwan Setiawan dikira sesama petugas intelijen." Aku mendengar mereka ingin menata baju Ita, serta menyettingnya seakan- akan Ita kerap melaksanakan sodomi," kata Sandyawan.


Kematian Ita Martadinata nyatanya berakibat besar untuk korban- korban pemerkosaan yang lain. Ita Nadia berujar, sejak peristiwa itu, banyak korban yang langsung tutup mulut atas peristiwa yang mengenai mereka. Tidak cuma korban, sanak keluarga korban pula turut bungkam.


Kerusuhan Mei 1998- Pemerkosaan


" Permasalahan Ita ini pula membuat kami para sukarelawan kesusahan buat bertanya, mengambil informasi, dokumen," ucap Ita Nadia." Permasalahan pembunuhan Ita membuat segala proses mengumpulkan informasi perkosaan Mei 1998 jadi seakan menyudahi.

Situs Judi Terbaik SLOT4D

Permasalahan pemerkosaan ini pernah dilaporkan Warga Anti Kekerasan terhadap Wanita yang dipandu Saparinah Sadli kepada Presiden BJ Habibie dikala itu. Tetapi Ita mengisahkan, Panglima Angkata Bersenjata Republik Indonesia dikala itu Wiranto pernah marah dengan laporan pemerkosaan ini.


Apalagi Penasehat Militer Presiden BJ Habibie dikala itu Letnan Jenderal Sintong Panjaitan bagi Ita pernah menunjuk- nunjuk mukanya sebab kemarahannya. Mereka menyangka laporan pemerkosaan ini bohong belaka.


Pernah dicap selaku pembohong oleh Wiranto dalam pertemuan Oktober 1998 itu, Ita bergeming. Dia senantiasa tenang. Ita juga duduk berhadapan dengan Habibie lantaran dia yang memegang seluruh dokumen informasi korban pemerkosaan Mei 1998 yang telah diverifikasi. Nyatanya dikala itu, perilaku Habibie berbeda dengan Wiranto serta Sintong. Habibie cuma diam.


" Sehabis itu Habibie bilang pada kami,‘ Aku yakin dengan ibu- ibu ini. Sebab aku memiliki keponakan yang teman- temannya pula turut diperkosa dikala Mei 1998, serta aku yakin sebab keponakan aku sendiri yang bilang serta aku pula telah menemui korban itu,” ucap Ita menirukan Habibie.


Sehabis itu Ita berkata Saparinah Sadli yang mengetuai rombongan berkata pemerintah wajib membentuk komisi buat menanggulangi kekerasan pada wanita serta memohon negeri mengakui terbentuknya peristiwa itu dan memohon maaf." Pak Habibie sepakat."


Kerusuhan Mei 1998- Pemerkosaan


Sandyawan, yang pula sempat jadi anggota Regu Gabungan Pencari Kenyataan Kerusuhan Mei 1998 berkomentar pemerkosaan merupakan sebagian dari kejadian kriminalitas terhadap kemanusiaan yang luas, masif, serta sistematis. Bersumber pada informasi TGPF, terdapat 52 korban pemerkosaan pada kejadian itu. Perihal tersebut sudah cocok dengan fakta medik. Informasi tersebut berbeda angkanya dengan informasi ralawan yang mencatat 150- an korban.


" Sebab waktu itu kami memakai definisi yang berbeda soal pemerkosaan," kata Sandyawan. Sukarelawan menganut definisi kalau pelecehan intim juga tercantum ke dalam pemerkosaan.


Bersumber pada investigasi TGPF dikala itu, Sandyawan berkata pemerkosaan merupakan salah satu perlengkapan teror buat menebarkan ketakutan. Sempat, kata ia, no telepon sukarelawan yang tercantum dalam suatu novel tersebar. Walhasil, para sukarelawan terdapat yang hadapi teror lewat telepon, salah satunya merupakan asisten Sandyawan, Loretta. waktu itu dia diteror serta diancam hendak diperkosa." Loretta awal mulanya nantangin, nyatanya benar saja, tiba orang berbadan tegap," ucap ia.


Sehabis 20 tahun reformasi, permasalahan pemerkosan Mei itu masih belum pula tuntas. Sementara itu Sandyawan berkata TGPF sudah merampungkan laporannya. Bagi ia, butuh terdapat keinginan politik buat dapat menuntaskan permasalahan tersebut. Karena, nyaris seluruh permasalahan di masa kemudian sudah rampung penyelidikannya, tetapi Jaksa Agung belum pula mengawali penyidikan.


" Di mana politisi yang ingin meneyelesaikan permasalahan HAM masa kemudian? Malah banyak orang bilang supaya melupakan masa kemudian," kata Sandyawan. Dia mendesak pemerintah berbesar hati mengakui kesalahan- kesalahannya di masa kemudian. Dengan begitu, peristiwa- peristiwa yang sama tidak terjalin lagi di massa depan serta bangsa Indonesia dapat lebih bermartabat.


Situs Judi Terbaik SLOT4D


" Telah saatnya kita membuat tugu peringatan buat kekejian kita sendiri," kata Sandyawan.


Bersumber pada catatan Komisi buat Orang Lenyap serta Korban Tindak Kekerasan, Komnas HAM sudah menyerahkan Laporan Hasil Regu angkatan darat(AD) hoc Penyelidikan Kerusuhan Mei 1998 kepada Jaksa Agung. Tetapi, terjalin 3 kali bolak balik berkas antara kedua lembaga itu. Pada 28 April 2008 Komnas HAM kembali mengembalikan berkas itu ke Jaksa Agung." Proses ini tidak menemui pemecahan apa juga serta Jaksa Agung senantiasa tidak melaksanakan penyidikan," ucap Koordinator Kontras Yati Andriyani.


Ada pula dalih Jaksa Agung tidak mengawali penyidikan antara lain ketentuan formil, ialah kabar kegiatan pengecekan yang belum lengkap sehingga tidak penuhi pro yustisia. Tidak hanya itu, kata Yati, terdapat kelemahan ketentuan materiil ialah ketiadaan fakta yang jelas sehingga membuat laporan tidak lengkap." Jaksa Agung pula berdalih kalau sepanjang usulan DPR buat majelis hukum HAM angkatan darat(AD) hoc belum dibangun, mereka kesusahan buat memperoleh izin serta akses dari pimpinan majelis hukum dalam proses penyidikan," ucapnya.








Credit By : Zinleeknow 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar