Kerajaan Champa, Negara Kerabat Nusantara yang Doyan Berperang
Kerajaan Champa, Negara Kerabat Nusantara yang Doyan Berperang
Menara Duong Long peninggalan Kerajaan Champa di Vietnam. (dulichquynhon.binhdinh.gov.vn)
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Champa adalah nama dari kerajaan yang pernah berdiri di Vietnam tengah & selatan pada abad ke-2 hingga abad ke-15. Kendati wilayah kekuasaannya tidak terlampau besar, Champa tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya sepanjang perjalanan sejarahnya, Champa pernah terlibat perang melawan bangsa Cina, Mongol, Vietnam, Kamboja, hingga Indonesia.
Kerajaan Champa bisa dibilang sebagai saudara jauh bangsa Indonesia. Pasalnya nenek moyang suku Cham / Champa diperkirakan merupakan rombongan pelaut asal Kalimantan yang menetap di wilayah cikal bakal Champa sejak tahun 1000 Sebelum Masehi.
Saat Kerajaan Champa sudah berdiri, kerajaan tersebut sempat beberapa kali terlibat konflik & aliansi pernikahan dengan kerajaan-kerajaan Nusantara. Sementara dalam hal bahasa, ada sejumlah kosakata dalam bahasa Champa yang memiliki kemiripan dengan bahasa yang digunakan di Nusantara. Mulai dari raja, kampong, nagara, & lain sebagainya.
Karena wilayah Champa terletak di tepi laut & termasuk dalam jalur perdagangan yang ramai, orang-orang Champa pun memiliki keahlian di bidang perdagangan & pelayaran. Sebagian di antara mereka ada yang bermigrasi & menetap di wilayah Indonesia. Di Pulau Jawa misalnya, terdapat makam yang diyakini sebagai makam putri bangsawan Champa.
Peta Champa & negara-negara tetangganya di abad ke-11. (Javierfv1212 / wikipedia.org)
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Sebelum ditaklukkan oleh Vietnam pada abad ke-15, Champa merupakan kerajaan bercorak agama Hindu. Itulah sebabnya kerajaan ini memiliki banyak peninggalan berupa patung & candi bercorak Hindu di wilayah Vietnam selatan. Sayangnya, akibat dampak dari perang-perang yang terjadi di Vietnam, banyak peninggalan Champa yang mengalami kerusakan.
Di masa kini, suku Cham berstatus sebagai suku minoritas di Asia Tenggara yang umumnya menganut agama Hindu & Islam. Kendati Vietnam merupakan lokasi berdirinya Kerajaan Champa di masa lampau, jumlah suku Cham yang masih ada di Vietnam sekarang justru tinggal 160.000 jiwa. Sebagai perbandingan, jumlah suku Cham di negara tetangganya Kamboja mencapai lebih dari setengah juta jiwa.
Rendahnya populasi suku Cham di Vietnam tidak lepas dari fakta bahwa di masa lampau, Kerajaan Champa & Vietnam (Dai Viet) merupakan musuh bebuyutan. Sebagai akibatnya, saat Champa akhirnya berhasil ditaklukkan oleh Vietnam, banyak penduduk Champa yang tewas dibunuh, dipaksa mengadopsi budaya Vietnam, atau mengungsi ke luar Vietnam.
ABAD 2 - 5 : LAHIRNYA CHAMPA & KONFLIK DENGAN DINASTI CINA
Wilayah Vietnam selatan pada awalnya berstatus sebagai wilayah bawahan Dinasti Han Cina. Namun memasuki abad ke-2, terjadi pemberontakan di Vietnam yang berujung pada tewasnya gubernur Cina untuk wilayah tersebut.
Pasca pemberontakan tadi, muncul kerajaan baru yang dalam catatan sejarah Cina dikenal dengan nama "Linyi". Kerajaan Linyi inilah yang diyakini sebagai cikal bakal Kerajaan Champa. Literatur Vietnam sendiri menyebut Linyi dengan nama "Lam Ap".
Peta wilayah kekuasaan Dinasti Han Cina. (empireofthehan.weebly.com)
Berkat lokasinya yang strategis karena terletak di antara jalur dagang India, Cina, & Nusantara, Linyi / Champa dengan cepat tumbuh menjadi negara kaya yang mendapatkan pemasukan dari sektor perdagangan. Selain mendapatkan komoditas impor dari wilayah-wilayah tadi, Champa juga menyediakan produk-produk lokal seperti cula badak, gading gajah, budak, hasil kerajinan berbahan emas, hingga kayu pohon khas Asia Tenggara.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Berbeda dengan kerajaan-kerajaan Asia Tenggara pada umumnya, Champa bukanlah negara dengan budaya pertanian / agraris yang kuat. Pasalnya wilayah kekuasaan Champa umumnya berupa kawasan berpasir yang notabene kurang subur. Meskipun begitu, penduduk Champa diketahui tetap mempraktikkan budaya menanam padi dalam jumlah yang terbatas.
Padi yang ditanam oleh penduduk Champa dikenal dengan sebutan "padi Champa" & menyandang reputasi sebagai tanaman yang tahan banting karena bisa tumbuh di lahan kering. Saking terkesannya bangsa Cina dengan padi varian Champa, Kaisar Zhenzong yang bertahta pada abad ke-10 bahkan sempat mengimpor benih padi Champa untuk ditanam di wilayah Cina yang gersang.
Dalam hal politik & sistem pemerintahan, Champa bukanlah kerajaan dengan sistem pemerintah terpusat, melainkan gabungan dari negara-negara kecil (mandala) yang kadang-kadang terlibat konflik 1 sama lain. Apa yang disebut sebagai raja Champa aslinya adalah pemimpin mandala terkuat yang diakui oleh mandala-mandala lainnya. Itulah sebabnya pemimpin Champa dikenal dengan gelar "rajadiraja" (raja dari segala raja).
Champa pada gilirannya kerap terlibat konflik dengan Kerajaan Funan (sekarang terletak di Kamboja) serta dengan Rinan (wilayah Vietnam utara yang saat itu masih dikuasai oleh Cina). Pasukan Champa kerap melakukan invasi ke wilayah-wilayah tadi supaya bisa memperoleh budak & harta rampasan perang.
Tahun 446, sebagai balasan atas seringnya Champa menyerang wilayah Dinasti Song Cina, pasukan Song melancarkan invasi besar-besaran ke ibukota Champa. Selain berhasil menduduki ibukota Champa, pasukan Song juga berhasil mendapatkan harta rampasan perang dalam wujud emas yang jumlahnya amat banyak. Pasca invasi tadi, Champa terpaksa menjadi negara bawahan Song.
Sejak periode yang sama, Champa juga mulai mengadopsi agama Hindu sebagai agama resmi kerajaan. Peninggalan-peninggalan Champa yang berupa patung, candi Hindu, & prasasti berbahasa Sansekerta umumnya berasal dari periode abad ke-5 & sesudahnya. Kompleks candi My Son di Vietnam tengah menjadi contoh lokasi di mana bangunan-bangunan peninggalan Champa masih berdiri hingga sekarang.
Kompleks candi My Son. (thomastravelvietnam.com)
ABAD 6 - 8 : INVASI PASUKAN CINA & NUSANTARA)
Tahun 542, wilayah Vietnam utara (Tonkin) melepaskan diri dari kekuasaan Cina menyusul timbulnya pemberontakan yang dipimpin oleh Ly Bon. Champa lantas mencoba memperluas wilayahnya sendiri dengan cara menginvasi wilayah Tonkin. Namun serangan Champa tersebut berhasil dipukul mundur.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Tonkin sendiri pada akhirnya berhasil ditaklukkan kembali oleh Dinasti Sui Cina pada abad ke-6. Pasca kembalinya Tonkin ke tangan Cina, Cina melakukan invasi lanjutan ke wilayah Champa pada tahun 605 untuk memperkuat kekuasaan Cina di seluruh wilayah Vietnam.
Pasukan Champa yang dilengkapi dengan gajah lantas diterjunkan untuk menghentikan laju pasukan Cina tersebut. Namun pasukan Cina jauh lebih cerdik. Pada awalnya, pasukan Cina membangun lubang galian untuk menjebak pasukan gajah Champa. Saat hari pertempuran tiba, pasukan Cina berpura-pura mundur supaya pasukan Champa mengejar mereka.
Di tengah-tengah berlangsungnya pengejaran, ada gajah yang terperosok masuk ke dalam lubang sehingga gajah-gajah yang lain spontan merasa panik. Pasukan Cina kemudian menembaki kawanan gajah tadi dengan senjata pistol busur (crossbow). Akibatnya, gajah-gajah tersebut tidak bisa lagi dikendalikan & kemudian malah menginjak-injak prajurit Champa yang lain.
Ilustrasi gajah perang & prajurit Champa.
Berkat keberhasilan tersebut, laju pasukan Cina ke ibukota Champa menjadi tidak terbendung. Tepat sebelum pasukan Cina tiba di ibukota Champa, Sambhuwarman selaku raja Champa sempat melarikan diri keluar ibukota. Ia baru kembali ke ibukota saat pasukan Cina sudah pergi meninggalkan wilayah Champa sambil membawa harta rampasan perang.
Tahun 629, Sambhuwarman meninggal dunia. Posisinya sebagai raja Champa kemudian digantikan oleh putranya, Kandarpadharma. Saat Kandarpadharma berkuasa, ia mencoba memperbaiki kembali hubungan antara Champa dengan Cina yang kini diperintah oleh Dinasti Tang.
Sudah disinggung sebelumnya kalau Champa memiliki lokasi geografis yang strategis karena terletak di antara jalur dagang India & Cina. Situasi tersebut lantas mengundang rasa tidak suka dari Kerajaan Sriwijaya di Indonesia yang ingin memonopoli jalur dagang setempat.
Atas sebab itulah, pasukan Sriwijaya sempat beberapa kali melakukan invasi ke wilayah Champa pada abad ke-8. Armada laut Champa di bawah pimpinan raja Satyawarman memang berhasil memukul mundur armada Sriwijaya. Namun akibat serangan tersebut, sejumlah candi milik Champa mengalami kerusakan.
Peta Champa & Sriwijaya (Srivijaya) di abad ke-11. (Javierfv1212 / wikipedia.org)
Sejak periode yang sama, kawasan pesisir Champa juga mulai banyak disinggahi oleh rombongan pedagang Muslim dari Asia Barat & India. Selain mereka, para penganut Syiah yang berasal dari Kesultanan Umayyah juga berdatangan untuk menetap di wilayah Champa. Kedatangan mereka sekaligus menandai masuknya agama Islam ke wilayah Champa.
Kendati jumlah penduduk Champa yang menganut agama Islam hanya segelintir, sebagian di antara mereka berhasil mendapatkan kepercayaan dari raja Champa untuk menempati posisi penting di pemerintahan, khususnya duta besar. Pada tahun 958 misalnya, Champa mengirim duta besarnya yang bernama Abu Hasan untuk mempersembahkan hadiah wangi-wangian kepada kaisar Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar