Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gunung Tengger antara lain: Gunung Bromo (2.392 m); Gunung Batok (2.470 m); Gunung Kursi (2.581 m); Gunung Watangan (2.662 m); dan Gunung Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D Flora yang berada di wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominasi oleh kirinyuh, alang-alang, tembelekan, harendong dan edelwiss putih. Edelwis juga banyak ditemukan di lereng-lereng menuju puncak Semeru. Terdapat pula spesies bunga anggrek endemik yang hidup di sekitar Gunung Semeru bagian selatan yakni Anggrek selop.
Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain: macan kumbang, budeng, luwak, kijang, kancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat belibis yang masih hidup liar.
1800-anCatatan letusan pertama yang terekam diperkirakan pada 8 November 1818.[3] Pada rentang 1829-1878 juga terjadi beberapa kali letusan hingga tahun 1913 tetapi tidak banyak informasi yang terdokumentasikan.[4] Letusan pada abad ke-19 Masehi itu terjadi pada tahun 1829, 1830, 1832, 1836, 1838, 1842, 1844, 1845, 1848, 1851, 1856, 1857, 1860, 1864, 1867, 1872, 1877, dan 1878. Bahkan gunung ini kembali meletus tahun 1884 hingga 1899.
1900-anPada 1941-1942, terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942. Saat itu, letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1.400 hingga 1.775 meter. Material vulkanik hingga menimbun pos pengairan Bantengan.
Beberapa aktivitas vulkanik juga tercatat beruntun pada 1945, 1946, 1947, 1950. Kembali meletus lagi secara berurutan dari tahun 1951 hingga 1961 dan tahun 1963. Letusan beruntun kembali terjadi dari dari tahun 1967 hingga tahun 1969 dan tahun 1972 hingga 1990. Letusan berikutnya disusul pada tahun 1992 dan 1994. Letusan pada tahun 1994 terbilang mengerikan karena memakan korban jiwa sebanyak 7 orang serta orang hanyut terbawa oleh lahar.
Pada 1 Desember 1977, guguran lava menghasilkan awan panas guguran dengan jarak hingga 10 km di Besuk Kembar. Volume endapan material vulkanik yang teramati mencapai 6,4 juta meter kubik. Awan panas juga mengarah ke wilayah Besuk Kobokan. Saat itu, sawah, jembatan dan rumah warga rusak. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada 1978–1989.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D Pada 2 Februari 1994, tercatat ada 9 kali letusan Gunung Semeru. Letusan ini mengakibatkan munculnya asap putih tebal dengan ketinggian mencapai 500 meter. Selain asap putih, terjadi 34 kali guguran lava ke arah Besuk Kembar sejauh 1 km. Erupsi Gunung Semeru menelan korban jiwa sebanyak 7 orang yang hanyut terbawa lahar.[3]
2000-anPVMBG juga mencatat aktivitas vulkanik gunung ini pada 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007 dan 2008. Pada 2008, tercatat beberapa kali erupsi, yaitu pada rentang 15-22 Mei 2008. Teramati pada 22 Mei 2008, empat kali guguran awan panas yang mengarah ke wilayah Besuk Kobokan dengan jarak luncur 2.500 meter.
Pada 12 Juni 2006, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Tanjung Perak Surabaya, mencatat gempa vulkanik dengan kekuatan 1,8 Skala Richter (SR) akibat aktivitas Gunung Semeru (3.676 mdpl).
Pada 1 Desember 2020, Gunung Semeru mengalami letusan yang diikuti guguran awan panas dari puncak. Adapun jarak luncur guguran awan panas ini mencapai 2-11 kilometer.
Hingga 4 Desember 2021 pukul 15.10 WIB, Gunung Semeru meletus dan mengeluarkan guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo menjadikan letusan terakhir dan terbaru di sejumlah BNPB.[8] Guguran lava melaju dengan jarak luncur 500-800 meter, dengan pusat guguran 500 meter di bawah kawah. Sedangkan, gempa vulkanik yang berkaitan dengan letusan, guguran dan hembusan asap kawah telah terjadi sebanyak 54 kali gempa letusan atau erupsi, 4 kali gempa guguran, dan 18 kali gempa hembusan.
Pada 16 Desember 2021 tercatat pukul 23.00 WIB, Gunung Semeru dinaikkan statusnya oleh PVMBG dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III).
Tanaman invasif non-asli25 tanaman non-asli telah ditemukan di Taman Nasional Gunung Semeru. tanaman non-asli, yang mengancam secara endemik tanaman lokal ini, diimpor oleh ahli botani Belanda Van Steenis, di era kolonial. Mereka termasuk Foeniculum vulgare, Verbena brasiliensis, Chromolaena odorata, dan Salvinia molesta.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D Perkebunan sayuranLumpur erosi dari perkebunan sayuran di sekitarnya menambah lumpur ke Danau Ranu Pani, menyebabkan danau menyusut secara bertahap. Penelitian telah memperkirakan bahwa danau akan hilang sekitar tahun 2025, kecuali perkebunan sayuran di lereng bukit diganti dengan tanaman keras yang lebih berkelanjutan secara ekologis.
Dalam cerita dari kitab kuno abad ke-15, masyarakat Jawa percaya bahwa pulau itu awalnya mengambang di lautan, terombang-ambing oleh ombak.
Hingga suatu ketika, Dewa Siwa mendatangi pulau tersebut, karena melihat pohon Jawawut, maka diberi nama Pulau Jawa.
Karena terombang-ambing di lautan, maka para dewa ini memutuskan untuk memakunya.
Mereka memindahkan Gunung Meru di India ke atas Pulau Jawa.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa, kemudian menggendong Gunung Meru di punggungnya hingga Pulau Jawa.
Dewa Brahma, menjelma menjadi ular raksasa yang membelitkan tubuhnya bak paku untuk mengikat Gunung Meru.
Gunung itu kemudian diangkat dari lautan ke atas Pulau Jawa.
Dalam sekejap kedua dewa ini meletakkan Gunung Meru di atas Pulau Jawa.
Sayangnya, gunung itu membuat ujung timur menjadi berat sebelah.
Dewa Wisnu dan Brahma kemudian memotok Gunung Meru dan meletakkannya di bagian ujung atasnya sebagai penyeimbang.
Potongan bagian bawah gunung diletakkan ke barat dan kemudian menjadi Gunung Pawitra.
Kini gunung tersebut dikenal dengan nama Gunung Pananggungan.
Sedangkan Gunung Meru diletakkan di bagian timur Pulau Jawa, kini dikenal dengan gunung Mahameru.
Kedua gunung itu kemudian disebut Paku Bumi Pulau Jawa.
Konon dulu pusat pemerintahan juga terdapat di kaki Gunung Semeru bernama Giling Wesi. Gunung Semeru juga disebutkan di prasasti di Lumajang. Menurut umat Hindu Budha di Jawa, pemindahan Gunung Meru merupakan pemindahan kayangan para dewa dan nilai-nilai luhur.
Sebelum dipindahkan pun, dulu area Gunung Semeru disemayami para dewa. Sehingga mitos Gunung Semeru disebut sebagai tempat persemayaman abadi para dewa.
Menurut kepercayaan orang Bali, Gunung Mahameru adalah Bapak Gunung Agung di Bali dan sangat dihormati oleh masyarakat Bali. Kegiatan upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru juga dilaksanakan oleh orang Bali.
Upacara dilakukan setiap 8-12 tahun sekali saat menerima suara gaib dewa Gunung Mahameru. Sehingga hingga kini Gunung Semeru disebut sebagai gunung suci bagi umat Hindu.
Gunung Semeru tak bisa dilepaskan dari sosok aktivis dan penulis, Soe Hok Gie.
Aktivis yang lantang melawan rezim awal Indonesia pasca-kemerdekaan itu meninggal di puncak Gunung Semeru jelang ulang tahunnya yang ke-27 yakni pada 16 Desember 1969.
Gie sendiri lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942.
Selain Gie, Idhan Dhavantari Lubis (19) rekan perjalana Gie juga meninggal di hari yang sama di puncak Gunung Semeru.
Jenazah mereka berdua sempat berada di puncak Semeru sekitar sepekan hingga berhasil dievakuasi dan dibawa pulang ke Jakarta.
Menurut catatam Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Soe Hok Gie dan Idhan adalah korban pendaki gunung pertama yang meninggal di Gunung Semeru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar