THE BURNING EMPIRE: HIKAYAT NAFSU NERO, KAISAR TERBRUTAL DALAM SEJARAH ROMAWI KUNO
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Siapa tak pernah dengar nama Nero? Ia dikenang sebagai salah satu kaisar Romawi paling dikenal dalam sejarah, namun tentu bukan karena kebaikan budinya. Nero dikenal menjadi pria berambisi dengan emosi yang tak terkontrol, yang akhirnya membuatnya membunuh orang-orang terdekatnya. Nero juga identik dengan unsur “api” (siapa ingat aplikasi Nero zaman jadul yang fungsinya buat bakar CD hayooo) karena ia tercatat sejarah pernah membakar separuh kota Roma, ibu kota kekaisarannya sendiri, hanya demi untuk membangun istana barunya. Namun justru karena skandal-skandalnya-lah yang membuat kehidupannya menarik untuk dipelajari.
Marilah kita simak sejarah dari sang kaisar gila ini, hanya di Dark History.
THE BURNING EMPIRE: HIKAYAT NAFSU NERO, KAISAR TERBRUTAL DALAM SEJARAH ROMAWI KUNOWajah Caligula, sang kaisar jahat yang berkuasa kala Nero tumbuh besar[/td]
Nero lahir sebagai bocah suci tak berdosa pada 37 M, dari keluarga keturunan bangsawan. Bahkan ibunya, Agrippina, merupakan cucu dari Julia, satu-satunya putri Kaisar Augustus (kaisar yang begitu dipuja oleh kaum Romawi hingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu bulan, yakni Agustus). Sayang, darah birunya itu membuat Nero dan ibunya disingkirkan oleh pamannya yang jahat, yakni Kaisar Caligula. Tercatat, Caligula mengasingkan Agrippina karena ia dituduh hendak merebut kekuasaan. Tanpa ibunya, kehidupan Nero kecilpun terlunta-lunta.
Kalian mungkin pernah mendengar nama Caligula sebagai kaisar yang amat sadis, bahkan tak waras. Sepanjang masa pemerintahannya, kota Roma dilanda teror mengerikan. Bahkan tercatat, pada suatu saat ketika tengah menonton aksi gladiator, ia merasa bosan karena semua gladiatornya terbunuh saat melawan binatang buas. Untuk mengusir kebosanan, iapun memerintahkan para prajuritnya untuk melemparkan para penonton ke tengah arena untuk dimangsa hewan buas hanya supaya ia memiliki tontonan.
Beruntung, kekuasaan Caligula sebagai pemimpin tertinggi Kekaisaran Romawi hanya bertahan selama 4 tahun. Pada 41, ia dikudeta oleh para prajuritnya sendiri dan ditusuk hingga mati. Paman Caligula, yakni Claudius, kemudian diangkat menjadi kaisar baru menggantikannya.
Pada tahun 49, Agrippina kembali ke Roma dari pengasingannya dan menikah dengan Kaisar Claudius. Kala itu, Agrippina merayu Kaisar Claudius supaya menjadikan Nero, putranya, menjadi anak angkat sang kaisar. Claudius-pun menyanggupinya, bahkan nantinya menikahkan Nero dengan putri kandungnya sendiri, yakni Claudia Octavia.
Tepat pada 54 M, saat Nero berusia 16 tahun, Claudius mati secara misterius. Dugaan para sejarawan, istrinya sendiri, yakni Agrippina-lah yang meracuninya supaya anaknya, Nero, naik tahta. Sesuai harapannya, Nero diangkat menjadi kaisar, padahal Claudius kala itu memiliki seorang anak laki-laki yang mungkin lebih cocok memangku tampuk kekuasaan, bernama Germanicus. Namun Germanicus sendiri adalah anak tiri Claudius, sama seperti Nero. Dan berbeda dengan Nero, ia tidak dibackingi oleh seorang perempuan kuat, apalagi permaisuri, seperti Agrippina.
Kala menjabat menjadi kaisar, Nero sibuk berfoya-foya dan berpestaNero sebagai seorang kaisar muda memukau rakyat Roma kala itu. Ia membangun kota Roma dengan proyek-proyek yang extravaganza untuk menyenangkan rakyatnya. Ia juga sangat menggemari pacuan kuda dan pertempuran gladiator. Maka iapun menyelenggarakannya secara besar-besaran sebagai bentuk hiburan bagi masyarakat Roma. Karena acara-acara itulah, pamor Nero naik drastis di mata rakyatnya. Namun ternyata itu adalah berita buruk bagi para kaum bangsawan, karena biaya untuk gaya hidupnya itu dipenuhinya dengan menaikkan pajak bagi kaum ningrat. Tak hanya itu, ia juga menaikkan pajak bagi daerah-daerah kekuasaan (koloni) Romawi lainnya di luar Italia. Nantinya ini akan menjadi bumerang bagi kekuasaan Nero.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4DNero juga menjaga hubungan baiknya dengan senat (parlemen). Kala itu, walaupun dipimpin kaisar, Romawi menganut demokrasi. Setiap keputusan penting dirembug oleh anggota senat (disebut senator). Beberapa kaisar tak menyukai keberadaan senat ini sebab membatasi kekuasaan mereka. Contohnya adalah Caligula, paman Nero yang terkenal membantai para senator lalu melantik kudanya menjadi senator baru untuk menggantikan mereka. Namun kebijakan Nero kala itu membuat para senat puas sehingga merekapun mendukungnya.
Namun ternyata kebijakan-kebijakan Nero amat dipengaruhi oleh ibunya, Agrippina. Rupanya Agrippina yang seorang wanita ambisius, ingin memerintah Roma dengan memanfaatkan kedudukan anaknya itu (seperti yang dilakukan Wu Zetian di cerita kita sebelumnya). Awalnya sih Nero manut-manut saja dengan keinginan ibunya itu. Namun semua berubah ketika Nero mulai jatuh cinta pada seorang budak cantik jelita bernama Claudia Acte. Claudia yang menjadi wanita simpanan sang kaisar, berhasil mempengaruhi Nero agar lepas dari cengkeraman ibunya.
Pada 55 M, Nero mencopot posisi Marcus Antonius Pallas, salah seorang orang kepercayaan Agrippina sebagai bentuk pemberontakannya dari pengaruh sang ibu. Agrippina membalasnya dengan berkoalisi dengan Germanicus, saudara tiri Nero. Agrippina mengancam bahwa ia akan mendukung Germanicus menjadi kaisar menggantikan Nero. Namun rupanya Nero tak sudi diancam. Ia membuktikannya dengan membunuh Germanicus.
Pada 59 M, Nero akhirnya memutuskan untuk menghabisi ibunya sendiri. Kala itu, Agrippina menghalang-halangi hubungan Nero dengan kekasih barunya, Poppaea Sabina. Kala itu Sabina memang masih menjadi suami seorang perwira bernama Otho. Tak mau lagi dikekang oleh sang ibu, Nero kemudian memerintahkan salah satu algojonya, Anicetus untuk diam-diam menenggelamkan kapal yang ditumpangi Agrippina sehingga iapun tewas.
Nero tega menyingkirkan ibu kandungnya sendiri dengan cara menenggelamkan kapal yang ditumpanginya
Kini, keinginan Nero untuk menikahi Sabina tinggal terhalangi oleh Octavia, istri sahnya. Tentu tak mudah menyingkirkan Octavia, sebab dalam tubuhnya mengalir darah biru para kaisar Romawi yang dianggap amat suci. Sehingga bila ia membunuhnya tanpa sebab, maka bisa dipastikan akan membangkitkan amarah penduduk Romawi. Karena itulah, Nero kemudian mengarang-ngarang cerita bahwa Octavia berselingkuh dengan salah satu orang kepercayaannya, Anicetus dan mengasingkan mereka. Bisa dibilang, dalam sekali lempar Nero bisa mengenai dua burung sekaligus. Selain bisa membunuh istrinya supaya ia bisa menikah lagi, ia juga bisa menyingkirkan Anicetus sehingga rahasia pembunuhan ibunya akan dibawanya ke liang kubur.
Nero yang merasa di atas awan makin menjadi-jadi. Pada tahun 64, ia sengaja membakar separuh kota Roma. Alasannya, kala itu ia ingin membangun istana baru bernama “Domus Aureus” di tengah kota Roma yang dipadati penduduk. Konon, kebakaran tersebut amatlah besar hingga api melalap kota selama seminggu dan paling tidak 3 dari total 14 distrik di kota Roma lenyap tak berbekas, sedangkan 7 distrik lainnya rusak parah. Konon, legenda mengatakan bahwa Nero menonton kebakaran itu dari balkon istananya sembari menyanyi dan bermain harpa, padahal kala itu ribuan rakyatnya tengah kesusahan, bahkan terbunuh.
Setelah kebakaran itu, Nero muncul bak seorang penyelamat yang dengan murah hati membantu para korban dengan membuat rumah penampungan sementara bagi mereka yang kehilangan tempat bernaung, bahkan memasok mereka dengan makanan yang cukup agar mereka tak kelaparan. Akan tetapi, setelah itu wajah aslinya pun terungkap. Di bekas sisa kebakaran tersebut, ia meruntuhkan semua bangunan yang tersisa, membersihkannya, lalu membangun kompleks istana seluas 300 hektar. Tak hanya itu, ia juga membangun patung dirinya setinggi 30 meter di lokasi tersebut.
Untuk mengalihkan kecurigaan rakyatnya, ia menuduh bahwa pelaku pembakaran itu adalah para penganut agama baru yang disebut dengan Kristen. Karena alasan inilah, ratusan ribu kaum Kristen yang kala itu tak tahu apa-apa dibunuh dan disiksa secara kejam.
Saat berkuasa, Nero memfitnah para penganut agama Kristen yang baru saja dibawa oleh Yesus Kristus sehingga mereka dibunuh dengan cara menggenaskan demi menghibur rakyat Roma yang haus darahPada 65 M, lagi-lagi Kaisar Nero membuat sensasi baru dengan membunuh istrinya, Sabina. Kala itu, entah karena apa, Nero murka dan melampiaskan kemarahannya pada istrinya dengan menendangnya. Celakanya, kala itu Sabina tengah hamil tua sehingga iapun mengalami keguguran dan tewas. Begitu sadar akan apa yang terjadi, Nero amat menyesal dan berduka. Tak hanya itu, dua tahun kemudian, Nero melihat seorang bocah laki-laki bernama Sporus yang wajahnya memiliki kemiripan dengan Sabina. Ia lalu mengebirinya dan memakaikannya busana perempuan supaya mirip dengan Sabina, bahkan lalu secara resmi menikahinya. Ini menunjukkan ketidakstabilan mental Nero yang mulai menggila seperti pendahulunya, Caligula.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4DKini kebijakan-kebijakan Nero mulai berbuntut petaka. Kala itu, sebagai protes akan kenaikan pajak yang dikenakan pemerintah Romawi terhadap koloni-koloninya, seorang gubernur yang memerintah Prancis, yakni Vindex, memutuskan untuk memberontak. Bergabung bersamanya adalah Galba, seorang gubernur lain, kali ini memerintah Spanyol.
Untuk mengatasi pemberontakan Vindex, Nero mengutus jenderalnya yang bernama Verginius yang kemudian berhasil mengalahkannya pada 68 M. Namun bukannya masalah kelar, Verginius justru menciptakan ancaman baru bagi Nero. Sebab kini setelah menguasai wilayah jajahan Roma di Prancis, Verginius malah mengangkat dirinya menjadi raja dan menolak tunduk pada Nero. Tak hanya itu, Galba sang jenderal Spanyol sedang mengarahkan pasukannya ke Roma untuk menguasai kota tersebut.
Tahu bahwa mereka takkan mampu mengalahkannya, para pasukan Nero pun meninggalkan istana. Hingga suatu malam sang kaisar terbangun tanpa ada siapapun di istana, karena semua orang telah kabur. Panik, Neropun berusaha melarikan diri dari istana. Seorang sahabat Nero bernama Phaon kemudian mengusulkan agar Nero berlindung ke villanya yang terletak 6 kilometer di luar kota Roma. Nero-pun dengan menyamar, sembunyi-sembunyi berangkat ke sana. Di sana, tahu bahwa ajalnya sudah dekat, Nero memerintahkan orang-orang kepercayaannya yang tersisa untuk menggali kubur baginya.
Sementara itu Senat yang tahu bahwa sebentar lagi Galba akan datang menaklukkan kota Roma dengan pasukannya, mencoba berembug untuk memilih solusi yang tepat. Tentu satu-satunya cara yang bisa menyelamatkan nyawa mereka adalah mengkhianati Nero dan mengangkat Galba sebagai kaisar baru. Namun mereka enggan melakukannya. Alasannya tak lain adalah karena “darah suci” yang dimiliki Nero (GGS dong?).
Nero merupakan keturunan terakhir Kaisar Agustus, kaisar pertama Romawi. Karena Nero tak memiliki anak, maka jika Nero terbunuh, garis keturunan suci tersebut akan berakhir. Bahkan jika ditarik ke belakang, Agustus juga masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Julius Caesar, sosok yang tentu saja sangat legendaris hingga sekarang kita yang mengenal nama bulan “Juli”. Kaum Romawi amat percaya pada sistem dinasti sehingga garis keturunan itu mestilah dilestarikan, seberapa bejatpun sang Nero. Akhirnya Senat kala itu mengambil keputusan untuk mengirim para utusannya untuk menjemput Nero dan melindunginya, paling tidak sampai ia memiliki keturunan untuk melanjutkan dinasti tersebut.
Namun kala itu Nero tak mengetahuinya. Nero yang paranoid kala itu yakin bahwa ia akan dibunuh. Begitu melihat pria-pria berkuda menuju ke villa persembunyiannya, iapun panik dan akhirnya memilih bunuh diri. Ketika para pria berkuda itu tiba, tentu saja mereka terkejut bukan kepalang melihat tubuh Nero yang menggelinjang sekarat. Para utusan Senat itupun berusaha menyelamatkannya, namun gagal. Akhirnya pada 9 Juni 68, Nero, penerus terakhir dinasti Julius Caesar, tewas secara menggenaskan.
Konflik antara kaum Yahudi Israel dengan Muslim Palestina yang memperebutkan tanah bekas berdirinya Kuil Kedua Yerusalem (Bait Allah) berakar dari kelalaian Nero sendiri
Nero, sang kaisar besar Romawi, akhirnya mati sendirian, ditinggalkan para pengikutnya. Tak diduga, satu-satunya orang yang masih setia padanya adalah Claudia Acte, wanita simpanannya dulu. Claudia sendiri telah bertobat dari masa lalu binalnya dan masuk agama Kristen. Ini tentu menjadi ironi, sebab pada akhirnya Nero dikuburkan oleh seorang wanita Kristen, walaupun semasa hidup ia membuat ratusan ribu umat agama tersebut dibunuh secara tak adil.
Kematian Nero tentu saja membawa Kekaisaran Romawi yang akbar menjadi gonjang-ganjing. Galba kala itu berhasil merebut kekuasaan, namun segera, ia dilengserkan oleh Otho, yang tak lain adalah mantan suami Sabina. Namun kekuasan Otho juga tak lama sebab iapun disingkirkan oleh Vitellius. Terakhir, Vitellius digulingkan oleh Vespasianus yang terbukti menjadi salah satu kaisar Romawi paling populer (dialah yang membangun Colosseum). Karena ada empat kaisar berganti dalam waktu singkat, maka masa pasca-Nero sering disebut sebagai masa “Four Emperors”.
Ada pula kejadian unik yang terjadi pada masa pemerintahan Nero. Sekitar 33 tahun setelah Yesus disalib, kaum Yahudi di Yerusalem akhirnya berani untuk memberontak, terutama karena Nero membebankan pajak yang sedemikian besar pada tanah-tanah jajahan Romawi demi mencukupi gaya hidup glamornya. Namun pada tahun 70 M, setelah Nero meninggal, pemberontakan itu berhasil diredam dan sebagai aksi balas dendam atas “kekurangajaran” mereka, pasukan Romawi langsung menghancurleburkan Kuil Kedua Yerusalem. Nanti kelak, sekitar 2 milenia kemudian, umat Yahudi yang terusir dari tanah suci mereka berusaha merebutnya dan mendirikan negara baru bernama Israel. Tak hanya itu, kaum Yahudi juga berniat membangun kembali kuil tersebut (yang saat ini sudah digantikan dengan masjid Al-Aqsa) sehingga menimbulkan ketegangan dengan rakyat Muslim Palestina.
Kaisar Nero juga mengubah sejarah dengan drastis bagi agama Kristen, dimana tak hanya ia memfitnah kaum Kristen sehingga mereka dipersekusi selama beberapa abad, namun juga ia-lah yang membunuh Santo Petrus (pemimpin ke-12 murid Yesus sekaligus Paus pertama) dan Santo Paulus. Nero begitu ditakuti kaum Kristen kala itu, hingga angka 666 (yang menggambarkan namanya) dianggap menjadi bilangan iblis bagi kaum tersebut.
Mungkin saja, sejarah dunia ini akan jauh berbeda seandainya Nero tak melakukan apa yang ia lakukan. Namun menarik melihat sebuah kesalahan yang dibuat 2000 tahun lalu masih memiliki dampak yang amat kuat hingga saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar