History of God in Human Civilizations
kisah dimulai dengan penciptaan dewa-dewa itu sendiri, sebuah tema yang—sebagaimana akan kita saksikan nanti—menjadi begitu penting dalam mistisisme Yahudi dan Muslim. Pada mulanya, seperti dituturkan dalam Enuma Elish, dewa-dewa muncul berpasangan dari sebuah substansi berair yang tidak berbentuk—sebuah substansi yang dengan sendirinya suci.
dalam mitos Babilonia—seperti yang kemudian tercantum dalam Alkitab—tak ada penciptaan yang bermula dari ketiadaan, itu sebuah gagasan yang asing bagi dunia kuno. Sebelum dewa-dewa maupun manusia ada, bahan mentah/ Zat yang suci ini telah ada secara abadi. Ketika orang Babilonia mencoba membayangkan zat primordial suci ini, mereka berpikir ia pasti mirip dengan tanah berpaya di Mesopotamia, yang tak henti-hentinya terancam banjir yang akan menyapu habis karya-karya manusia yang lemah. Oleh karena itu, dalam Enuma Elish, kekacauan {chaos) bukan berupa api panas yang mendidihkan, melainkan sebuah keadaan di mana segala sesuatu menjadi tanpa batas, definisi, dan identitas:
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Tatkala yang manis dan pahit menyatu, tak ada buluh yang terjalin,
tak ada ketergesaan yang mengeruhkan air,
dewa-dewa tak bernama, tak berwatak dan, tak bermasa depan.
- Kemudian tiga dewa muncul dari pusat tanah berpaya; Apsu (diidentifikasikan sebagai air sungai yang manis), istrinya, Tiamat (laut yang asin), dan Mummu, Rahim kekacauan. Namun, ketiga dewa ini bisa dikatakan merupakan model awal dan inferior yang me- merlukan perbaikan. Nama “Apsu” dan “Tiamat” dapat diterjemahkan sebagai “jurang”, “kehampaan” atau “teluk tak berdasar”. Mereka sama-sama memiliki potensi tak berbentuk dari ketiadaan bentuk yang azali dan belum mencapai suatu identitas yang jelas.
selanjutnya, serangkaian dewa-dewa lain muncul dari mereka dalam proses yang disebut sebagai emanasi, yang akan menjadi sangat penting dalam sejarah Tuhan kita sendiri. Dewa-dewa baru dilahirkan dari dewa-dewa yang lain secara berpasangan, masing- masingnya mendapatkan definisi yang lebih besar dari yang sebelumnya seiring langkah maju evolusi keilahian.
pertama-tama datang Lahmu dan Lahamn (nama-nama mereka berarti “endapan lumpur”; air dan tanah masih bercampur menjadi satu). Kemudian muncul Ansher dan Kishar yang secara berurutan diidentifikasi dengan horizon langit dan laut. Setelah itu Anu (langit) dan Ea (bumi) tiba dan rae- nyempurnakan proses itu. Alam suci mempunyai langit, sungai-sungai, dan bumi yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Namun, penciptaan baru saja dimulai; kekuatan jahat dan pemecah belah hanya bisa dikalahkan melalui perjuangan sengit dan tanpa henti.
dewa- dewa yang lebih muda dan dinamis bangkit melawan tetua mereka, tetapi meskipun Ea mampu mengalahkan Apsu dan Mummu, dia tak berdaya menghadapi Tiamat, yang menghasilkan serombonga n monster beraneka ragam bentuk untuk berperang atas namanya. Untungnya Ea punya anak kandung yang luar biasa: Marduk, Dewa Matahari, spesimen keturunan dewa yang paling sempurna. Dalam sebuah pertemuan Majelis Agung para dewa, Marduk berjanji me- merangi Tiamat dengan syarat bahwa dialah yang nanti menjadi penguasa mereka. Akan tetapi, dia baru berhasil membunuh Tiamat dengan bersusah payah dan setelah melewati pertarungan yang lama dan berbahaya. Dalam mitos ini, kreativitas adalah sebuah pertarungan, diraih dengan susah payah setelah menempuh berbagai macam rintangan.
bagaimanapun, pada akhirnya, Marduk berhasil mengangkangi mayat Tiamat yang raksasa dan memutuskan untuk menciptakan sebuah dunia baru; dia membelah tubuh Tiamat menjadi dua untuk membentuk lengkungan langit dan bumi manusia; kemudian dia merancang undang-undang yang akan menjaga agar segala sesuatu tetap berada pada posisinya yang telah ditentukan. Ketertiban mesti dicapai, tetapi kemenangan belum lagi sempurna. Kemenangan itu mesti dimantapkan kembali, melalui liturgi khusus, tahun demi tahun. Kemudian para dewa berkumpul di Babilonia, pusat bumi baru, dan mendirikan sebuah kuil tempat ritus-ritus langit diselenggarakan. Hasilnya adalah ziggurat besar untuk menghormati Marduk.
“kuil bumi, simbol ketakterbatasan langit.”
tatkala kuil itu telah selesai, Marduk menempati singgasananya di puncak kuil dan dewa-dewa menggemakan suara:
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
“Inilah Babilonia, kota kesayangan para dewa, tanah airmu yang tercinta!”
kemudian mereka melakukan liturgi
“dari sumber di mana semesta memperoleh strukturnya, dunia gaib menjadi nyata dan dewa-dewa mengambil tempat mereka di dalam semesta.”
hukum dan ritual ini mengikat setiap orang; bahkan para dewa mesti menaatinya demi menjamin keberlangsungan ciptaan. Mitos mengekspresikan makna batin peradaban, sebagaimana orang Babilonia melihatnya. Mereka mengetahui betul bahwa nenek moyang mereka sendiri yang membangun ziggurat, tetapi kisah Enuma Elish menyuarakan kepercayaan mereka bahwa usaha kreatif mereka hanya mungkin bertahan jika memiliki keterkaitan dengan kekuatan ilahi. Liturgi yang mereka rayakan di Tahun Baru telah diciptakan sebelum manusia ada: liturgi itu tersurat dalam hakikat segala sesuatu, yang bahkan dewa-dewa tunduk kepadanya.
mitos itu juga mengekspresikan keyakinan mereka bahwa Babilonia adalah tempat suci, pusat dunia, dan tanah air dewata—sebuah pernyataan yang penting dalam hampir semua sistem keagamaan kuno.
ide tentang kota suci, tempat manusia merasakan kedekatan dengan kekuatan sakral, sumber segala wujud dan kesaktian, menjadi penting dalam ketiga agama monoteistik.
(catatan: Yerusalem dan Makkah akan menjadi kota penting bagi Abrahamic religions di kemudian hari).
akhirnya, hampir seperti sebuah kebetulan saja, Marduk rnenciptakan manusia. Marduk mengalahkan Kingu (teman dungu Tiamat yang diciptakannya setelah kekalahan Apsu), menebasnya, dan membentuk manusia pertama dengan cara mencampur darah dewa dengan abu. Para dewa menyaksikan dengan perasaan kaget dan takjub. Ada yang sedikit lucu dalam kisah mitikal tentang asal usul manusia ini; meski merupakan puncak penciptaan, tetapi manusia digambarkan berasal dari salah satu dewa yang paling bodoh dan tidak sakti.
(catatan: ada mitos yang menghubungan nama Adam,manusia pertama, dengan kata Adama/Adamah yang dalam bahasa aslinya berarti merah bisa dihubungkan dengan darah atau tanah merah/ lempung yang konon adalah bahan dasar penciptaan manusia).
akan tetapi, kisah itu mengandung satu hal penting lain. Manusia pertama diciptakan dari substansi seorang dewa; karenanya dia memiliki hakikat ilahiah, sekalipun terbatas. Tak ada jurang pemisah antara manusia dan dewa-dewa. Dunia alamiah, manusia, dan para dewa semuanya memiliki hakikat yang sama dan diturunkan dari substansi suci yang sama pula. Pandangan pagan bersifat holistik. Dewa-dewa tidaklah terasing dari umat manusia dalam kawasan ontologis yang terpisah: ketuhanan secara esensial tidak berbeda dari kemanusiaan. Oleh karena itu, tidak diperlukan sebuah wahyu khusus dari para dewa atau undang-undang ilahi untuk diturunkan ke bumi. Dewa-dewa dan manusia berbagi penderitaan yang sama, satu-satu- nya perbedaan di antara mereka adalah bahwa dewa-dewa itu lebih kuat dan abadi.
.visi holistik ini tidak terbatas di Timur Tengah, tetapi lazim di seluruh dunia kuno. Pada abad keenam SM, Pindar mengungkapkan versi Yunani tentang keyakinan ini dalam odenya mengenai per- tandingan Olimpiade:
Satu pertarungan, satu antara manusia dan dewa-dewa;
Dari satu ibu kita berdua menarik napas.
Tetapi perbedaan kekuatan dalam segalanya Memisahkan kita;
Karena tanpa yang lain kita tiada, kecuali langit yang perkasa
Tetap tidak berubah untuk selamanya.
Namun dalam keagungan pikiran atau jasad
Kita bisa menjadi seperti yang Abadi.
.bukannya memandang para atlet sebagaimana adanya, yang masing-masing berpacu mencapai prestasi pribadi terbaiknya, Pindar menempatkan mereka berhadap-hadapan dengan dewa-dewa, yang menjadi pola bagi semua cita-cita manusia. Manusia meniru dewa- dewa bukan sebagai wujud yang tak berdaya, melainkan untuk me- menuhi potensi mereka yang secara esensial berwatak ilahiah.
mitos Marduk dan Tiamat tampaknya telah mempengaruhi orang Kanaan, yang memiliki kisah yang amat mirip tentang Baal-Habad, dewa badai dan kesuburan, yang sering disebut dalam Alkitab dengan cara yang jauh dari memuji. Kisah pertarungan Baal dengan Yam- Nahar, dewa laut dan sungai, diceritakan dalam lembaran yang ditulis sekitar abad keempat belas SM. Baal dan Yam keduanya tinggal bersama El, Dewa Tertinggi Kanaan. Pada Majelis El, Yam menuntut agar Baal diserahkan kepadanya. Dengan menggunakan dua senjata magis, Baal malah mengalahkan Yam dan nyaris membunuhnya andaikata Asyera (istri El dan ibu para dewa) tidak memohon dengan mengatakan bahwa membunuh lawan yang sudah tidak berdaya adalah tidak terhormat. Baal merasa malu dan melepaskan Yam, yang mewakili keganasan laut dan sungai yang tak henti-hentinya mengancam akan membanjiri bumi. Sedangkan Baal, dewa badai, membuat bumi menjadi subur.
versi lain dari mitos itu menyebutkan bahwa Baal membunuh Lotan, naga berkepala-tujuh, yang dalam bahasa Ibrani disebut Leviathan. Dalam hampir semua kebudayaan, naga menyimbolkan sesuatu yang laten, tak berbentuk, dan tak kentara. Dengan demikian, Baal telah menghentikan kemungkinan untuk kembali ke dalam ketiadaan bentuk primal lewat tindakan yang betul-betul kreatif dan dianugerahi sebuah istana indah yang didirikan oleh para dewa untuk menghormatinya. Oleh karena itu, dalam setiap agama kuno, kreativitas dipandang suci: kita masih menggunakan bahasa agama untuk berbicara tentang “inspirasi” kreatif yang memperbarui realitas dan menyegarkan pemaknaan tentang dunia.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
akan tetapi, Baal kemudian mengalami kemunduran: dia mati dan harus turun ke alam Mot, dewa kematian dan sterilitas.
Tatkala mendengar tentang nasib anaknya, Dewa Tertinggi El turun dari singgasananya, membalut Baal dan merajah pipinya, namun tetap tidak bisa menebus putranya. Adalah Anat, kekasih dan saudara pe- rempuan Baal, yang meninggalkan alam suci dan pergi mencari be- lahan jiwanya,
“merindukannya bagaikan induk sapi atau induk domba mencari anaknya.”
Ketika dia menemukan mayat Baal, dia menyelenggarakan upacara pemakaman untuk mengagungkannya, menangkap Mot, menebasnya dengan pedang, membelah, membakar, dan menginjak-injaknya seperti jagung sebelum kemudian menyemaikan- nya ke tanah.
(catatan: Marduk dan Baal kemungkinan adalah sosok yang sama, di kemudian hari saat kebangkitan Abrahamic religions, sosok Baal atau Marduk ini diidentikkan dengan berhala atau iblis, kalau tak salah ingat, cmiiw).
pada sekitaran masa masa periode Sumerian Gods inilah akan muncul seorang Tokoh besar yang akan menjadi cikal bakal 3 agama Samawi dan juga digelari Bapa semua orang percaya yang dengan Yahwe kembali mengembalikan jalur ke-Tuhan-an ke arah monoteisme.
Beliau adalah Abraham/Ibrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar