Kerajaan Songhai (ca. 1375-1591)

 

Kerajaan Songhai (ca. 1375-1591)

Kerajaan Songhai ialah yang kerajaan terbesar dan kerajaan besar pra kolonial yang bersatu di afrika barat. di ibukotanya Gao yang berada di sungai Niger, kerajaan songhai melebarkan kekuasaannya keseluruh penjuru sampai ia membentang dari samudra atlantik (Senegal dan Gambia Modern) yang sekarang dikenal sebagai barat laut Nigeria dan nigeria tengah. Gao, ibukota songhai, seperti yang kita ketahui sekarang ini sebagai sebuah pusat perdangan di sungai niger, yang terkenal akan Masjid Goa dan makan dari Askia, penguasa terpenting dari seluruh penguasa kerajaan Songhai. Kota Timbuktu dan Djenne dahulunya ialah pusat perdagangan dan senibudaya kerajaan yang terkenal.

Kerajaan Songhai (ca. 1375-1591)
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Bangsa Songhai menemukan kota Gao sekitar tahun 800 M, dan membangun kota tersebut sebagai ibukotanya pada abad ke 11 pada saat pemerintahan Dia Kossoi. Seiring berkembangnya kota dan daerah, kerajaan Malian Digabungkan baik saat meluas melintasi savanna Afrika Barat (TS kurang ngerti part ini).

Kerajaan Songhai (ca. 1375-1591)

Kekuatan Mali akhirnya dilemahkan oleh gejolak internal yang mengganggu suksesi kerajaan secara teratur. Menyadari kelemahan di pusat Mali, Gao memberontak pada tahun 1375. Songhai kemudian memulai ekspansi kekaisaran sendiri dengan mengorbankan Mali, menaklukkan Mema pada 1465 dan tiga tahun kemudian memperebutkan Timbuktu, kota terbesar di wilayah ini, dari Taureg yang telah Baru-baru ini diambil dari Mali.

Sunni Ali Ber, komandan militer yang bertanggung jawab atas kemenangan-kemenangan ini, secara luas dianggap sebagai penguasa besar pertama Kekaisaran Songhai. Dia terus memperbesar kerajaan, mengendalikan rute perdagangan Trans-Saharan yang penting serta kota-kota dan provinsi Mali lainnya.

Setelah kematian Sunni Ali pada tahun 1492, anaknya sekaligus penerusnya, Sonni Baru, menjadi kaisar namun segera kehilangan tahta kepada Askia (Kaisar) Muhammad Toure satu tahun kemudian. Penguasa baru, seorang Muslim yang taat, bertanggung jawab atas sedikit penaklukan tambahan. Sebagai gantinya dia memusatkan birokrasi, menunjuk hampir semua walikota dan gubernur provinsi, membentuk hukum Syariah di seluruh kekaisaran, memperluas Universitas Sankore di Timbuktu dan membangun banyak sekolah melalui Songhai. Askia Muhammad Toure juga memperkuat hubungan politik dan budaya dengan seluruh dunia Muslim, mendorong imigrasi para ilmuwan dan pekerja terampil dari Arab, Mesir, Maroko dan Spanyol Muslim. Dia adalah penguasa Afrika Barat pertama yang mengizinkan pertukaran duta besar dengan negara-negara Muslim dan lainnya.

Setelah wafatnya Askia Muhammad Toure pada tahun 1528, Songhai menikmati masa damai dan kemakmuran di bawah suksesi kaisar. Perdagangan berpusat di kota Gao, Timbuktu dan Djenne meskipun sebagian besar penduduk Songhai adalah petani kecil yang kekayaannya terkait dengan keberhasilan di bidang pertanian dan bukan di bidang perdagangan.

Periode perdamaian dan stabilitas tersebut berakhir pada 1591 ketika sebuah perang sipil menciptakan sebuah kesempatan bagi Maroko Sultan Ahmad I al-Mansur Saadi untuk mengirim tentara untuk menaklukkan Songhai. Al-Mansur berharap bisa menguasai ladang emas Afrika Barat dan menjadikan dirinya sebagai Khalifah Sudan.

Orang Maroko yang menyerang menghadapi Askia Ishaq II, Kaisar Songhai yang terakhir pada Pertempuran Tondibi. Meskipun jumlah mereka melebihi jumlah tentara yang menyerang, Songhai disiagakan oleh penggunaan musket primitif buatan Maroko yang disebut arquebus dan enam meriam, keduanya muncul untuk pertama kalinya dengan invasi ini. Songhai kembali kebingungan, setelah Ishaq terbunuh oleh Taureg yang bersekutu dengan orang-orang Maroko.
SITUS JUDI TERBAIK SLOT4D
Tentara Morrocan, bagaimanapun, segera menyadari bahwa menaklukkan Songhai jauh lebih mudah daripada mengaturnya. Pemberontakan dan perlawanan terus-menerus dan kekurangan pasokan memaksa Maroko untuk mengirim sumber daya tambahan ke seluruh Sahara. Dihadapkan pada masalah logistik ini dan tidak mungkin mengendalikan tambang emas yang mendorong invasi awal, orang-orang Maroko mengundurkan diri dari wilayah ini pada tahun 1661.

Meskipun demikian Kekaisaran Songhai tidak dapat dibangun kembali. Para elit yang masih hidup melarikan diri dari Gao dan mendirikan sebuah ibukota baru di Lulami. Dari tahun 1591 sampai 1901 berbagai Askias (Kaisar) berusaha melanjutkan tradisi kekaisaran tua. Akhirnya pada tahun 1901 pasukan kolonial Prancis menaklukkan negara mereka, memadamkan hubungan terakhir dengan kemuliaan Songhai sebelumnya.

Kerajaan Songhai (ca. 1375-1591)

Daftar Pustaka :
Bovill, E. W., "The Golden Trade of the Moors (New York: Oxford University Press, 1968).

Hale, Thomas A. and Malio, Nouhou, "Scribe, Griot and Novelist: Narrative Interpretations of the Songhay Empire (Gainesville: University of Florida Press, 1990)".

Insoll, Timothy "Looting the antiquities of Mali: the story continues at Gao." Antiquity 67: 256 (Sept 1993). , Jr. eds., (New York: Oxford: University Press, 2005).

Nave, Ari, “Songhai Empire in Africana, The Encyclopedia of the African & African American Experience, Kwame Anthony Appiah, and Henry Louis Gates, Jr. eds"., (New York: Oxford: University Press, 2005.

Shillington, Kevin "History of Africa (New York: Palgrave, 2005)".


Kontributor :
Tesfu, Julianna, University of Washington, Seattle

Tidak ada komentar:

Posting Komentar